Bupati
Nias Utara Edward Zega menandatangani surat serah terima Ketua Forkada
Sekepulauan Nias disaksikan oleh Bupati Nias Sökhi’atulö Laoli (kiri),
Wali Kota Gunungsitoli Martinus Lase, Bupati Nias Selatan Idealisman
Dachi, dan Bupati Nias Barat Adrianus Aroziduhu Gulö, Kamis
(31/10/2013), di Wisma Soliga, Gunungsitoli. | Foto: NBC/Irwanto Hulu -
See more at:
http://www.nias
bangkit.com/2013/12/usulan-provinsi-kepulauan-nias-perkuat-dulu-basis-kemandirian/#sthash.jiKXaWEj.dpuf
NBC — Jumlah pendaftar tes CPNS 2013 di
Pulau Nias membeludak, terutama Kabupaten Nias Utara Para pelamar banyak yang datang dari
Sumatera Utara. Mereka beradu nasib memburu profesi membanggakan sebagai PNS.
Kapal penyeberangan Gunungsitoli ke Sibolga pun, beberapa hari setelah
berlangsungnya tes, tak sanggup membawa mereka pulang ke kota-kota asalnya di
Sumatera.
Perekrutan
tenaga baru itu sendiri sesungguhnya merupakan langkah untuk memperkuat jajaran
birokrasi. Selama ini, para abdi negara itu belum mampu menjalankan tugas suci
menyejahterakan masyarakat sesegera mungkin.
Namun, bagi
warga tampaknya tidak demikian. Kesempatan masuk jadi punggawa negara adalah
sesuatu yang amat mereka tunggu. Pilihan hidup lain ada di urutan belakang.
Sehingga segala daya upaya mesti dikerahkan agar bisa merebut salah satu kursi.
Pada
pengujung tahun 2013 saat hasil tes masuk yang ditunggu tak juga segera
diumumkan segala sumpah serapah pun muncul. Tanpa bukti kuat terlontar berbagai
umpatan, terutama yang bersikap sinis. Mungkin saja mereka benar.
Redaksi NBC
menerima berbagai pertanyaan sekitar pengumuman hasil tes itu. Mereka tak sabar
dan membutuhkan kepastian nasibnya kendati secara matematis peluang mereka kecil.
Setelah pengumuman itu pun tidak semua yang memenuhi ambang kelolosan (passing
grade) akan lolos karena harus disesuaikan dengan kebutuhan. Pemerintah
daerah terpaksa merangking dan mengambil urutan teratas.
PAD Masih Masalah.
Masyarakat
luas tentu menunggu jika jajaran birokrasi sudah kuat kemakmuran pun segera
datang. Sebab, sampai saat ini kemampuan para pemerintah daerah masih amat
rendah. NBC mencatat
bahwa porsi pendapatan asli daerah (PAD) dalam APBD hanya sebesar 4 persen.
Angka itu cuma separuh dari rata-rata nasional. Padahal, menurut para pakar,
setidaknya porsi itu sebesar 10 persen agar kemandirian sebuah daerah otonomi baru (DOB)
tercapai.
Selama ini
pengeluaran lebih banyak untuk menutupi biaya rutin berupa gaji para PNS.
Sementara kemampuan mereka
untuk bekerja menyalurkan dana pembangunan masih terbatas. Akibatnya, sisa
anggaran selalu tinggi. Lihatlah kemampuan Pemerintah Kabupaten Nias Barat
menyerap APBD tahun anggaran 2013 ini. Amat rendah bukan?
Jika tahun
depan birokrasi kelima DOB Nias bertambah gemuk, apakah kemampuan mereka
menyerap dana pembangunan meningkat?
Yang paling
dikhawatirkan adalah jika yang terjadi sebaliknya. Para punggawa baru itu tidak
meningkatkan kemampuan, malah mereka menciptakan beban baru. Jarak antara
pengeluaran anggaran untuk gaji PNS dan realisasi belanja langsung APBD
kian besar. Jika tahun
depan birokrasi kelima DOB Nias bertambah gemuk, apakah kemampuan mereka
menyerap dana pembangunan meningkat?
Yang paling
dikhawatirkan adalah jika yang terjadi sebaliknya. Para punggawa baru itu tidak
meningkatkan kemampuan, malah mereka menciptakan beban baru. Jarak antara
pengeluaran anggaran untuk gaji PNS dan realisasi belanja langsung APBD
kian besar.
Tentu hal
seperti itu mesti dicegah. Bagaimanapun, warga mesti menikmati arti
sesungguhnya otonomi yang selalu didengungkan sebagai alat ampuh mencapai
kemakmuran. Pemekaran Nias dan jika mungkin kelak berdiri sebuah Provinsi Nias,
bukan hanya janji kosong elite lokal yang dibutuhkan peran seraya menaguk dana
otonomi dari pemerintah pusat.
Layu Sebelum
Berkembang
Sekali lagi,
tujuan pemekaran adalah memotong jalur birokrasi atau mengurangi
konsentrasi kewenangan di tingkat pusat. Jika itu berjalan baik, elite lokal
yang lebih paham tabiat masyarakat di lingkungannya sendiri, dibandingkan
dengan orang-orang pintar dari Jakarta, bakal dapat kesempatan mewujudkan
kearifannya.
Semoga apa
yang sedang berlangsung di jajaran birokrasi Kabupaten Nias Selatan
bukan merupakan gambaran kondisi Nias secara keseluruhan. Bagaimanapun, kita
tetap menyimpan harapan agar kasus-kasus dugaan korupsi itu dapat dituntaskan
penegak hukum. Seusai persidangan roda pemerintahan berjalan kembali.
Pedih memang
tinggal di wilayah yang tengah jadi pergunjingan publik lantaran para
pemimpinnya terseret tindak rasuah. Selain negara, terutama masyarakat miskin,
kehilangan hartanya, ongkos psikologisnya juga besar. Setiap kader baik yang
seharusnya mumpuni memimpin kadang layu sebelum berkembang.
Masyarakat
telanjur skeptis. Bupati Nias Selatan Idealisman Dachi mengatakan pada hadirin
perayaan Natal Oikumene Nias Selatan di Lapangan Orurusa, Kelurahan Pasar,
Kecamatan Telukdalam, Jumat (27/12/2013) malam bahwa dirinya selalu dianggap
salah. Bila melakukan “a” salah, “b” salah, dan ‘c” juga salah. “Kepada seluruh
masyarakat Nias Selatan, kami tidak sempurna, kami banyak salah. Berikanlah
kami kesempatan untuk melakukan tugas kami dengan baik,” tutur dia saat itu.
Kondisi pemerintahan
di sana amat berat. Sejumlah kasus dugaan korupsi membelit pemerintahan Nias
Selatan. Pada pengujung 2013, pertikaian dengan DPRD pun berlanjut. Menjelang
tutup tahun RAPBD 2014 belum disepakati. Hal yang sama terjadi setahun lalu.
Fundamen
untuk mapan sebagai DOB mandiri tampak masih rapuh. Indikator-indikator dasar
masih rendah. Direktur Jenderal Otonomi Daerah pun, tak memberikan angka yang
tinggi untuk hasil evaluasi kepada kelima DOB Nias. Malahan angka di bawah
batas minimal diberikan ke Kabupaten Nias Barat dengan catatan jika tak segera
memperbaiki diri, akan dikembalikan ke kabupaten induk. Nias Barat adalah salah
satu dari 5 DOB baru yang terancam. Empat lainnya berasal dari Papua.
Seolah abai
dengan fakta di atas, para elite Nias malah terus bergerak mencari dukungan
masyarakat atas usaha mereka memohon pemekaran baru, yakni pembentukan
Pronvinsi Kepulauan Nias. Minggu (15/12/2013), para
pengurus Badan Persiapan Pembentukan (BPP) Provinsi Nias berkumpul di
Gunungsitoli. Mereka berusaha menarik perhatian masyarakat dan membuat apa yang
mereka sebut gerakan 1 kilogram getah karet, setara dengan Rp 10.000.
Menurut Koordinator
Forum Kepala Daerah (Forkada) Kepulauan Nias Edward Zega, sejak
deklarasi pembentukan Provinsi Kepulauan Nias (2/2/2009), berbagai upaya agar Provinsi
Kepulauan Nias dapat terwujud sudah dilakukan.
Ditegaskannya
bahwa pembentukan Provinsi Kepulauan Nias didasari oleh kondisi alam dan
ekonomi, keadaan sosial masyarakat, keterkaitan beberapa kabupaten/kota dalam
suatu kesatuan sejarah, suku bangsa, dan budaya. Alasan yang paling mengemuka
dalam wacana pemekaran daerah adalah sejalan dengan semangat otonomi daerah.
Alasan itu
akan dipertimbangkan oleh para petinggi tingkat nasional. Benar bahwa DPR
pada 24 Oktober 2013 telah sepakat atas usulan 65 DOB dan 8 provinsi baru,
termasuk Nias. Akan tetapi, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi
mengingatkan bahwa usul boleh saja. Sikap pemerintah adalah menanti revisi
Undang-Undang Pemerintah Daerah.
Kegagalan
secara nasional pemekaran dan pelaksanaan otonomi daerah telah banyak disadari.
Menjelang tutup buku legislatif dan pemerintahan Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono mestinya membuat rakyat Nias bersikap realistis.
Pertama,
cita-cita pembentukan Provinsi Kepulauan Nias masih jauh. Jika pemerintahan
baru dan DPR periode 2014-2019 terbentuk tak serta-merta hal
itu terwujud. Masih banyak perkembangan tingkat nasional yang bakal menentukan.
Kedua,
memperkuat sendi-sendi kemandirian pada kelima DOB di Nias menjadi persoalan
yang lebih penting. Ada keyakinan bahwa warga Nias akan lebih mengutamakan
terwujudnya kesejahteraan setelah itu baru disusul pembentukan Provinsi
Kepulauan Nias. Dengan kondisi kemandirian rapuh seperti itu, beban pemerintah
pusat bakal bertambah berat jika mesti menyuplai dana tambahan untuk kebutuhan
belanja birokrasi provinsi baru.
- See more
at:
http://www.nias-bangkit.com/2013/12/usulan-provinsi-kepulauan-nias-perkuat-dulu-basis-kemandirian/#sthash.jiKXaWEj.dpuf

Tidak ada komentar:
Posting Komentar